Pernah denger tentang kisah tragis belum? Sering ya? Kisah
tragis tentang percintaan? Banyak juga kan, dan yang paling terkenal ada kisah
Romeo and Juliet. Tapi, bukan kok, ini bukan kisah tragis yang ujungnya
kematian. Justru pemain utamanya masih hidup,namun dengan memeluk penyesalan
sampai kelak.
Tidak bisa dilarang untuk menyesali hal yang tidak kita
pilih dalam hidup, terutama untuk hal-hal yang dampaknya besar. Kenapa? Karena,
kita tidak akan pernah tau selama tidak mencoba, dan kita belum tentu mendapatkan
kesempatan untuk mencoba di kemudian hari. Kemudian, ketika di ujung titik
sudah tidak ada waktu, hal apa lagi yang bisa diungkapkan selain penyesalan?
Masih ingat kisah DWP 2015 yang pernah saya tulis? Post ini
kelanjutan dari kisah malam itu. Hasil dari segala pertanyaan, kepasrahan,
hingga pinta dan doa yang pernah terucap dalam batin selama ini. Masih dengan
nama yang sama, Riva.
Dengan latar belakang cerita yang pernah saya tulis saat
itu, hasil akhirnya yaitu saya hanya mendapatkan sebuah undangan pernikahan
dengan kekasihnya. Kalah? Saya bukan kalah, karena sebulan sebelumnya saya
lebih dulu mengadakan akad nikah. Tapi saya merasa kalah, dengan tangan kosong
tanpa perjuangan apa-apa selama ini dan hanya bisa menerima yang terjadi,
terjadilah.
Riva. Yang jelas tidak bisa dipanggil mantan, apalagi
sekedar teman. Layak mendapatkan sepetak area di hati. Dengan segala lika-liku
saya sendiri yang mengidap penyakit gengsi, ketidakberanian seorang Aries untuk
membuka jalan baru, dan semua air mata yang sempat diadu dalam rasa sesal yang
paling menyesakkan di kurang lebih 30 menit percakapan via telfon. Gengsi yang
justru menenggelamkan saya dalam ikatan pikiran yang pekat tanpa berani
mengungkapkan. Seorang Aries yang seperti kebanyakan tidak mau repot dan melulu
di zona nyaman. Air mata yang entah mengalir dari mana asalnya. Ada satu malam,
yang rasanya tidak ingin saya biarkan pergi, dengan rasa sedih, penyesalan, dan
rindu yang menyatu dengan terbukanya sebuah fakta kala itu.
Meski, saya tidak menjamin, 10 tahun dari sekarang, apakah
saya masih merasakan kesedihan yang sama kentalnya seperti saat ini atau tidak.
Namun, bab ini butuh spidol warna abu yang khas dengan sedikit gliter yang
menandai bahwa kisah abu ini lebih terang dibanding warna pelangi. Hingga,
suatu hari ketika saya mulai lupa, dan ingin bernostalgia, saya dapat membuka
bab ini dengan menghirup aroma kenangan yang kental.
Di acara pernikahannya, saya datang dengan orang tua. Dengan
kebaya organza warna abu dan batik juga selendang sutra warna biru. Sengaja,
tiba-tiba sangat berfilsafat untuk acara tersebut. Warna abu untuk Kisah Abu
ini, biru untuk ungkapan perasaan. People
always saying “I’m feeling so blue” when they are sad. Tidak lama berada di
sana, karena satupun saya tidak kenal tamu undangannya. Saya juga tidak kenal
teman-teman Riva yang datang. Bahkan tau pun tidak. Ternyata benar ya, hati
memilih kisah tanpa kita tidak pernah tau kapan, dimana dan dengan siapanya.
Siapa yang menyangka jika hati ini menyisakan sepetak kisah istimewa yang tidak
memiliki mutual friend sama sekali.
Tidak ada kalimat ucapan, juga doa-doa yang saya jabarkan
secara tertulis di pesan singkat atau telfon atau bahkan di pelaminan. Karena
saya tidak setangguh itu menyampaikan langsung hal yang justru bertolak
belakang dengan suasana hati.
Namun, terima kasih
atas mata yang berbicara semalam, pelukan yang tersirat banyak makna, degup
jantung yang tak beraturan, tangan dingin yang tiba-tiba, senyum tertahan
menahan rasa perasaan. Terima kasih sudah berbagi kebahagiaan. Aku turut
berbahagia. Doa terbaik di dalam hati, untukmu aku sematkan untuk keluarga
kecil yang kau bangun mulai kini.
Rasanya seperti takdir memainkan nasib seseorang. Seperti
halnya yang dikeluhkan kebanyakan orang. Saya pun begitu. Teori-teori yang
sekedar menenangkan, sesungguhnya hanya teori belaka. Tetap hati tidak bisa
ditipu dengan kalimat berlogika. Bagi orang lain, mungkin ini hanya menjadi
cerita sampah, recehan yang tidak perlu dielu-elukan. Namun bagi saya, dari
Kisah Abu, saya belajar banyak hal dari seseorang yang tidak pernah saya
miliki.
Sesal memang tidak berguna, tapi juga tidak bisa dilarang.
Dari semua ini saya tau, bahwa gengsi tidak bisa dibawa untuk perkara hati dan
nyali bisa kalah dengan hati. Gengsi saya terlalu besar, meski tidak sebesar
nyali saya, namun keduanya dikalahkan oleh hati yang lebih besar lagi ukurannya.
***
Kisah Abu, mendorong saya menjadi orang paling sabar
memendam perasaan. Mengajarkan saya untuk berbesar hati, memeluk wanita lain
dengan rasa sayang dan kemudian menitipkan perasaan dalam diam. Menghajar saya
sampai babak belur bahwa ilmu ikhlas dibuktikan bukan dengan sekedar ucapan,
tapi kenyataan perbuatan. Menghantam saya untuk tetap menjalani fakta dengan
menggengam bab yang unik ini. Mengejar saya untuk tetap tangguh berlari bukan
untuk menghindari tapi berani menghadapi.
Kisah Abu, bukan sekedar kisah percintaan remaja yang
dipersulit dengan hal posesif, mama papa suka atau tidak, bingung makan dimana,
kencan pakai baju apa, mau ngepost foto yang mana, marathon film di bioskop, bercumbu di sofa rumah,
bermesraan sepanjang kemacetan, surprise perayaan anniversary, tiup lilin ulang
tahun, kecemburuan dengan hobi, bergandengan tangan hingga berkeringat, datang
berdampingan ke sebuah kawinan, dan masih banyak lagi. Bukan, bukan satu pun
itu. Kisah Abu, adalah kisah pelik yang dimiliki dan dipeluk erat kenangannya,
meski sedikit tapi rumit. Dalam tapi tidak mencekam.
Kisah Abu, terima kasih saja tidak akan cukup. Namun yang
saya miliki sekarang hanyalah itu. Hakku untuk mengungkapkan dengan lantang
sudah dikoyak oleh kenyataan. Tapi, ada janji yang pasti saya tepati. Supaya
Riva tau, janji bukan sekedar hutang, namun pembuktian harga diri. Harga diri
yang dibangun dari hati.
Kisah Abu, kuucapkan terima kasih dengan pelukan tanpa
dimensi. Kau tak hanya mengajarkan aku sebuah makna, namun sebuah kisah
kenangan yang bermakna. Terima kasih, untuk hatimu yang terbuka meski sedikit,
sempit dan terlambat. Rasa sayang ini
terbungkus rindu yang aman dari arus. Rasa sayang ini memeluk erat petaknya di
hati, dengan takhta yang berbeda. Rasa sayang ini ada dan nyata. Rasa sayang
ini, untuk kisah terfavorit hadiah dari Tuhan. Rasa sayang ini adalah Kisah
Abu.
Kisah Abu, terima kasih.