Thursday, October 12, 2017

Remake Pengabdi Setan

PENGABDI SETAN (2017)

[★★★]




HEEEEHHH! BUKAN ITU POSTERNYAAAA!
SALAAAAHHHHH!


Baru-baru ini, Indonesia sedang diguncang dengan kehebohan Remake Pengabdi Setan, karya Joko Anwar. Saya termasuk yang ikutan heboh dan nggak sabar untuk segera ngacir ke bioskop untuk menikmati alur film horror ini.

Dengan latar belakang cerita 1980an, Joko Anwar mengantarkan film ini lebih fokus kepada Ibu sebagai momok yang ditakuti. Hingga dimana-mana ada aja plesetan tentang si Ibu ini. Dengan beberapa karakter yang namanya sedikit digubah, Joko Anwar tetap bermaksud mengangkat remake beberapa karakter untuk muncul kembali di film Pengabdi Setan ini. Namun bagi penonton yang sudah pernah menonton yang versi lawas, pasti tau perbandingannya.

Seperti contoh, di film yang lawas, karakter putri pertama si Bapak adalah Rita. Sedangkan di film yang baru adalah Rini. Di film lawas, adek Rita adalah Tomi, sedangkan di film yang baru, Rini punya 3 adek sekaligus, yaitu Toni, Bondi, dan Ian. Ada juga perbedaan latar belakang keluarga di kedua film ini yaitu, di film yang lawas keluarga yang diceritakan adalah keluarga sukses dan kaya. Sedangkan di film yang baru ini, keluarga yang diceritakan terlilit hutang untuk bertahan hidup, terlebih sejak si Ibu ini mengidap penyakit keras.

***


Ibu, Bapak, Bondi, Nenek, Rini, Ian, dan Toni


Ibu sudah mengidap penyakit keras beberapa tahun ini, hingga sulit untuk bisa bangun dari tempat tidurnya. Dulu, beliau adalah penyanyi yang terkenal. Tidak jarang, karyanya sering diputar di radio, juga kepingan vinyl yang laku keras kala jayanya. Namun, sejak beliau sakit, Bapak harus membiayai pengobatan untuk Ibu, dan hal tersebut menyebabkan perekonomian keluarga ini morat-marit. Sampai-sampai, Rini anak pertamanya harus berhenti kuliah.

Sejak berhenti kuliah, Rini hanya tinggal di rumah untuk mengurus semua kebutuhan domestik rumah tangga. Termasuk mengurus ketiga adeknya; Toni yang sudah SMA, Bondi yang masih SD, dan Ian (tunawicara) yang belum sekolah. Selain itu, Neneknya yang juga tinggal bersama mereka, menjadi tanggung jawab Rini di rumah.

Setelah 4 tahun lamanya Ibu menanggung penyakitnya, ajal Ibu datang. Penyakit keras yang dideritanya sudah tidak mampu ditahan. Dan kejanggalan-kejanggalan mulai muncul setelah sang Ibu meninggal dunia. Ditambah keluarga ini memang tidak pernah melaksanakan ibadah sholat. Sampai-sampai saat pengajian untuk almarhumah sang Ibu, keluarga ini hanya diam saja dan tidak ikut mengaji.

Tidak lama setelah meninggalnya sang Ibu, nenek tiba-tiba meninggal karna jatuh ke sumur. Setelah kejadian itu, makin banyak sekali kejadian-kejadian yang janggal di rumah mereka. Bondi juga sempat terlihat seperti kerasukan dan ingin membunuh adeknya sendiri, Ian. Sedangkan Ian yang tunawicara kerap kali kesusahan untuk menyampaikan hal-hal janggal tersebut kepada Rini juga sang Bapak.

Tidak berhenti di situ. Putra dari seorang ustadz di daerah rumah mereka, Hendra, juga tiba-tiba meninggal dalam perjalanan pulang dari kota. Padahal keperluan dia ke kota juga untuk menolong Rini. Sayang seribu sayang, Hendra meninggal dengan tragis dalam perjalanannya.

Banyak plot-plot cerita yang cukup mengejutkan dan tidak sesuai dengan tebakan penonton. Menurut saya, Joko Anwar cukup berhasil membawa aroma horror Indonesia kembali bangun dari tidurnya. Mengingat beberapa tahun terakhir ini, Indonesia lebih banyak dihantui oleh film-film horror abal-abal yang malah membuat kita semua muak dengan tontonan seronoknya.

Dan, IMHO, film ini patut mendapatkan pujian dan cetak rekor jumlah penontonnya. Bagi kalian, yang belum menonton, boleh coba cek jadwal film di bioskop terdekat yah :) Selama film berbobot dan layak dibanggakan, tidak ada salahnya bukan kita ikut mendukungnya?

No comments:

Post a Comment