Friday, October 14, 2016

Thank You, Uncle Morrissey!

MORRISSEY CONCERT
12th October, 2016
GOLF DRIVING RANGE SENAYAN
JAKARTA
 
 
 
 
Oktober secara tidak saya sadari adalah bulan yang selalu memberi kesan baik di list sejarah seorang Helga Anastasia. Bulan Oktober tahun 2016 ini, bolehlah nggak ada tanggal merah satupun kecuali hari Minggu. Tapi, Morrissey menghiasi hari Rabu kemaren tepatnya tanggal 12 Oktober 2016, dengan lantunan lagu livenya yang khas, flamboyant, dan memanjakan di Jakarta. Konser yang diselenggarakan kemaren bias saya sebut, mini concert.
 
 
 
Mini Concert for The Legend like Morrissey?
Iya, seriusan. Konsernya tidak besar, tidak pula megah. Mungkin Om Morris (begitu saya memanggilnya ketika ngobrol ngalor ngidul dengan teman-teman), hanya ingin menyambangi fans-fansnya di Jakarta untuk kedua kalinya, walau sekejap. Venuenya sama sekali tidak bagus menurut saya. Bolehlah event di Senayan, tapi jauh berbeda dari konser yang pertama di Tennis Indoor Senayan. Sedangkan event ini kemaren diselenggarakan di Ex Golf Driving Range. Betul, eventnya outdoor. Cukup berani sebenarnya bagi si promotor mengadakan event di musim yang hujannya suka kambuh-kambuhan seperti sekarang. Yang disayangkan, floornya tidak diflooring sama sekali. Kami para penikmat acara dibiarkan berbecek-becekan dengan sepatu kesayangan kami. Benar-benar rumput becek bekas tumpahan air hujan.

Konser ini, sangat simple. Dari Gate utamanya, terlalu sederhana. Kemudian kita berjalan ke arah pengecekan tas dan barang pribadi yang dibawa. Antriannya minta ampun panjangnya, kami semua mau tidak mau sudah mulai berbecek-becek. Ketika saya dapat giliran cek tas, saya sempet deg-degan. Jujur saya bawa Go Pro, yang notabene memang dilarang dibawa. Nyatanya lolos. Entah pihak-pihak yang mengecek tidak melihat atau beranggapan 'yaudahlah ya'. Tapi, perfume saya dipaksa sita. Saya ngotot tidak mau, dan berargumen bahwa di peraturan tidak disebutkan untuk dilarang bawa perfume. Mereka memberi option untuk meletakkan perfume di mobil dulu. Ya efisiensinya nihil dong, saya parkir di FX, bolak balik jalan aja udah nggak kebayang buang waktu berapa lama. Akhirnya, perfume saya letakkan saja di bawah pembatas antrian, yang penting kan nggak dibawa masuk toh? Perkara hilang atau nggak, kalo udah rejeki kan nggak kemana :)
 
 
Begitu masuk, satu yang saya harapin, ada booth Food & Beverages. Ternyata, sama sekali nggak ada. Cuma ada booth souvenir aja di situ. Bawa minum nggak boleh, tapi nggak ada yg jual. Kalo dilarang bawa makanan, minuman keras dan rokok, bolehlah pasti dimaklumi. Trus solusi kalo ada yang dehidrasi apa? Berikutnya jalan ke concert gate, kita masih ada pengecekan tiket dan tas lagi. Tiket cuma di-scan tanpa ada gelang atau tanda masuk sama sekali. Bahkan cap-cap kayak Dufan aja nggak ada. So freaking sad. Masuk di area konser, taraaaaaaaaaa bener-bener di area rumput becek venuenya (sorry, saya nggak sempet ambil foto area becek itu, udah bete duluan hahaha). Untung malem kemaren saya pake Dr. Mart, so saya aman. Tapi penonton lainnya? Termasuk teman saya? Poor them.

Penampilan Morrissey juga nggak 100% memuaskan menurut saya pribadi, ditambah kasak-kusuk yang saya dengar setelah acara, banyak yang kecewa. Tidak ada opening band, tapi positifnya Morrissey naik ke panggung jam 8 tepat. Lagu yang dibawa total 19 lagu. Interaksinya dengan penonton minim sekali. Dan closingnya, pergi tanpa pamitan, cuma dikasih pesan Meat Is Murder aja di lagu terakhir, mungkin Om Morris ini memang benar-benar butuh istirahat, karna di tengah konsernya, dia sempat mengucapkan: 'Oxygen, Oxygen'. Saya sih, tetap ber-positive thinking. Morrissey yang seorang Vegan sejati, dan salah satu penyanyi yang peduli sekali dengan HAM ini, memberikan sindiran banyak sekali lewat pesan-pesan yang disampaikan dari background layar sederhana di belakangnya. Dari ekspos tindak tanduk pihak kepolisian (nggak yakin kepolisian yang diekspos ini dari daerah mana) sampai United King Dumb (if you curious, please googling by yourself). Apapun yang terjadi, I'm still a one of his fans!

Harga tiket yang dibandrol promotor di konser ini juga agak berlebihan. Kalo orang Jawa bilang: 'ora sembodo'. Untung saya beli tiket festival, itu pun harganya tidak sesuai dengan kondisi event menurut saya. Kecewa sih. Tapi moment Om Morris datang ke Jakarta ini kan belum tentu bisa saya nikmati setiap saat. Bukan judgemental atau sok kritik, mungkin si promotor punya alasan lain, mungkin mereka punya kesepakatan lain, mungkin ini mungkin itu. Sudut pandang saya sebagai salah satu penontonnya, tetap aja kecewa :(
 
 
 

No comments:

Post a Comment