Wednesday, June 25, 2014

MEMOAR

Memoar yang dimulai tanpa rencana. Dan dipertemukan dengan awal yang sederhana. Kata sapa yang sekedar terdengar, meski di tengah hingar bingar. Canggung melebur dengan canda yang menghibur. Hingga kembali kepada rumah, dengan senyum merekah bahkan rona wajah memerah.

Waktu membawa kepada hitungan yang tak lagi hari ataupun minggu. Namun, minggu ke minggu telah mengantarkan kepada rindu. Senyum mengubah segalanya menjadi candu. Apalagi kalo bukan cinta, yang menitipkan bahagia.

Dari langit yang sama, hingga taburan rasi bintang yang tak ada beda. Mulai mengukir harapan, hingga jutaan impian. Menggantungnya setinggi asa, meyakininya dalam doa, menantinya pada masa.

Jejak setiap tapak dari keduanya beriringan tanpa jarak. Disitulah seisi universal mulai membaca hati yang diinginkan kekal. Bahkan angin menganggukkan dalam gerakan. Matahari menjawab melalui sinarnya. Bulan mengiyakan di setiap fasenya. Bahwa yang dimiliki keduanya adalah setulus-tulusnya rasa.

Setiap sudut, mengarahkan pada kenangan yang mengerucut. Setiap musik, menggema tanpa terusik. Setiap benda yang tersentuh, menjejakkan gejolak tiap nadi pada tubuh. Ada aroma yang menuntun pada de javu.

Siapa yang terlalu asik atau siapa yang sesungguhnya munafik? Ternyata mengikuti hati dinilai terlalu naif. Sujud pun tak cukup, kepada zat yang tak berwujud. Bagaimana bisa, hadir dalam sekejap, dipaksa meninggalkan janji yang telah terucap.

Namun sadari, bukankah Tuhan adil? Mempertemukan di detik-detik terakhir. Sebelum segalanya berakhir. Bukankah Tuhan sungguh adil? Membiarkan raga dimiliki tanpa jiwa, dan jiwa dibawa tanpa raga. Karna kesempurnaan yang nyata hanya fiktif belaka.

Bukankah Tuhan adalah seadil-adilnya Yang Maha Segalanya? Dia tidak membiarkan di antaranya melupakan, hanya untuk meninggalkan, dengan hitungan sementara.

Semakin erat melekat, semakin rasa itu pekat. Sakit. Lirih. Perihnya bahkan sudah kebas. Lukanya tertinggal dengan bekas.


Sepasang hati yang terpisah,
selamat menjalani hidup yang tak lagi mudah.
Salam rindu dan kasih yang masih selalu sama pada setiap untaian doa.
Terima kasih, kamu.
Sampai kita bertemu.
Sayonara.

No comments:

Post a Comment