Monday, December 14, 2015

Djakarta Warehouse Project 2015

Entah mengapa, kali ini menggebu-gebu sekali untuk menulis. Dan tulisan kali ini untuk seorang yang sudah sangat lama aku kenal sejak tahun pertama kuliah, agak lupa pastinya kapan, mungkin saja di akhir tahun SMAku. Ya antara itu, akhir tahun SMA atau tahun pertama kuliah. Hitung kira-kira 8 tahun.

Sebut saja Riva. Aku bahkan lupa siapa yang mengenalkan kami saat itu, sebatas memoryku, kami dikenalkan via sms saja oleh seorang wanita, yang saat itu adalah pacar dari temanku. Memang saat itu belum ada aplikasi LINE, Whatsapp, bahkan BBM pun belum ada. Komunikasi kami sebatas sms saja dan Facebook. Aku masih tinggal di Solo, dan Riva tinggal di Jogja. Selisih satu jam via Prameks Express ataupun kendaraan pribadi tetap menggentarkan niat kami bertemu. Selalu saja ada hal-hal yang membatalkan pertemuan kami.

Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun. Belum sekalipun kami pernah bertemu. Komunikasi kami via sms tidak bisa dibilang intens. Mungkin, karena aku sendiri tidak begitu tertarik dengan orang yang belum pernah aku temui. Tapi, tidak jarang kami berencana untuk bertemu ketika Riva akan berkunjung ke Solo, ataupun sebaliknya. Entah kenapa, selalu saja ada halangan, waktu kami tidak pernah pas satu sama lain. Sampai pernah saat itu, akhirnya aku punya pacar, Riva berhenti menghubungi aku. Dan ketika aku putus dengan pacarku saat itu, aku mencarinya. Namun, seperti dunia tau kapan waktu yang tepat untuk kami, ternyata dia gantian punya pacar. Kami pernah berpikiran hal sama, "kita emang bener-bener nggak jodoh, atau memang belum tepat waktunya?".

Jangan salah, kalian pasti berpikiran bahwa komunikasi kami berhenti saja di situ. Aku masih ingat betul, mantanku pernah sangat cemburu dengan Riva, bukan karna hal-hal yang sensitif, namun karena mantanku ini tau betul bagaimana aku dan Riva kenal, berkomunikasi dan saling penasaran satu sama lain. Bahkan, meskipun kami belum pernah bertemu, kami masih saja update satu sama lain untuk account-account social media, seperti Twitter, LINE, Instagram, dan Path. Dan dari aplikasi-aplikasi itu, aku tau bahwa Riva masih bersama pacarnya yg dulu. Mungkin pernah beberapa kali putus, namun yang aku lihat sekarang pun Riva masih dengan pacarnya itu. It's okay.

Satu hal yang benar-benar menunjukkan bahwa, rahasia Tuhan itu sungguh-sungguh di luar dugaan. Untuk pertama kalinya aku dan Riva bertemu adalah tahun 2014. Bertemu tanpa janjian, tanpa diduga, di kota peraduan kami, dan hebatnya mampu mengetuk detak jantung hingga tak sepatah kata pun terucap. Waktu itu malam Minggu, aku dengan pacarku (kebanyakan mantan, bingung), kami sedang melihat-lihat sneakers di salah satu gerai toko sepatu di Pacific Place, Jakarta. Tidak ada yang menduga kan, bahwa aku akan menyebut Jakarta? Ya di situlah aku dan Riva bertemu pertama kalinya. Aku dengan pacarku saat itu, dan Riva dengan pacarnya.
"Helga?"
"Hey." Senyum. Kaget bukan main. "Riva?" kami bersalaman.
"Kamu sama siapa?"
Belum juga aku menjawab, dari belakang terdengar pacarku bertanya "Bagus yang mana?"
"Oh ini, kenalin pacarku. Kenalin ini Riva."
Begitu juga Riva mengenalkan aku dengan pacarnya. Hollyfuck. Aku masih ingat betul, tubuhku bergetar, aku mencari spot tempat duduk di area sneakers for women. Mengatur nafas dan mengatur detak jantungku yang tak beraturan. Entah apa itu yang aku rasakan saat itu. Setelah selesai membayar yang aku dan pacarku cari di toko itu, aku berpamitan ke Riva, waving hands dan dalam hati berkata 'see you, boy.'

Pertemuan itu bukan awalan aku dan Riva menjadi lebih intensif untuk berjumpa. Tidak. Komunikasi kami masih saja sama seperti dulu. Masih sama.


Hingga akhirnya weekend lalu, ketika salah satu rave party terbesar di Indonesia dihelat. Kami janjian bertemu di venue. Awalnya aku pesimis bisa bertemu, karena signal di sana pasti jelek. Di tengah ratusan orang, bagaimana bisa menemukan seseorang. Belum lagi aku yang tiba-tiba mager untuk berangkat ke venue. Antara males setir sendiri ato pake Uber saja. Setelah membulatkan tekad, aku berangkat dengan Uber dan berangkat ke Kemayoran kurang lebih jam 9pm. Aku janjian dengan teman-teman kantorku yang membawa tiket di Welcome Gate. Riva mulai menanyakan posisiku dimana tepat jam 10pm. Aku sedang antri masuk dengan rombongan. Signal mulai jelek, chat LINE mulai susah masuk. Kami mulai komunikasi dengan iMessage. Memberitau satu sama lain posisi masing-masing. Riva akan mencariku setelah aku dan teman-teman dapat tempat. Setelah aku dan teman-teman tukar token untuk beli makanan atau minuman, kali-kali aja haus/lapar. Kami mulai cari tempat, menyelip-nyelip di banyaknya orang yang berjogetan di tengah euphoria EDM. Dan kami memutuskan untuk berada di sebelah kiri panggung, agak ke belakang.


Riva menelfon. Menanyakan aku dimana. Melarangku untuk menutup telfon sembari dia mencari keberadaanku. Awalnya biasa saja, sungguh aku tidak terpikir apapun sebelumnya. Sampai akhirnya, aku melambaikan tangan, memanggil namanya. Dan aku melihat senyumnya. Untuk pertama kali setelah kurang lebih 8 tahun. Aku dan Riva bertemu untuk benar-benar janjian, tanpa halangan. Di tengah banyak orang, di rave party, di Ibukota, di EDM yang menghentak, di euphoria kebahagiaan akhir tahun 2015, Djakarta Warehouse Project 2015. DJ Snake, Kaskade dan Tiesto. 6 jam, aku dan Riva menikmati ambiance dengan tanpa satu kata pun. Terlalu banyak pertanyaan-pertanyaan yang ingin kami sampaikan satu sama lain. Tapi, setiap mata kami bertemu, senyuman yang menunjukkan "FINALLY!" bermunculan berulang kali. Aku rasa, kami tidak perlu banyak bicara memang. Riva menggengam tanganku erat sekali, dan aku tak sekalipun menolaknya. I accepted with pleasure, and regret, why. Why we didn't meet since years ago?

Apalagi yang akan aku dan Riva lalui setelah ini. Rindu. Ya, rindu itu hadir, menggelitik waktu tidurku. Aku pasrahkan kembali pada Tuhan. RencanaNya yang luar biasa di luar kendaliku dan Riva.

Tuhan tau yang terbaik kapan aku dan Riva bertemu, pastinya Tuhan juga tau bagaimana menjaga rindu kami masing-masing di jalanNya.

Last text I got just now:
2.39 pm "Miss you already"
And I replied:
2.51 pm " So do I. I miss you too, Riva"


*mehh! We didn't take any picture of both of us T_T*

Monday, November 23, 2015

Hold Me (?)

Ketik..
Hapus..
Ketik lagi..
Hapus lagi..

Dari kata hati, sesak, rindu, dan lainnya.
Tapi tidak satupun berlanjut menjadi kalimat, apalagi prosa.
Dari makian, keluhan dan sekedar batin yang tertahan untuk menjadi ucapan.
Rasa ini terpendam oleh ego yang tertahan.

Aku rindu..
Rindu kehangatan itu..
Dari kehadirannya, atau sekedar pesan multimedia.
Kulitnya yang tak lagi muda.
Rambut yang mulai beruban di helai yang menyela.
Pundak yang menjadi tempat bersandar, ketika aku mulai putus asa.

Ada saja hal-hal yang tidak sesuai dengan kemauanku
Padahal aku tau memang belum tiba waktu
Karna rasa itu makin membesar,
Dan menuntut perhatian yang tidak bisa ditawar.

Aku dilanda lelah,
Hingga terpojok untuk kalah,
Bergelut dalam diri mana yang harus menyerah
Namun, hati tak begitu saja berpasrah.

Hold me tight or let me go..

Sunday, October 25, 2015

Nights Suffering


That's how I feel you, around me with that thick skin, grey hair and sniff your head until I fall asleep.

Tuesday, October 20, 2015

Imperfection(s)

"Rasa itu makin membesar dan menuntut perhatian tanpa bisa ditawar."

Wednesday, September 02, 2015

KENOBI

As you know from Instagram, since December 2014 I've decided to adopt a male kitten. And he was named "Kenobi".
3mo Kenobi
Then why Kenobi? Kenobi yang dimaksud adalah Obi Wan Kenobi, yaitu jedi favorit saya di Star Wars *I prefer to marry Obi Wan than Anakin actually*. Karena namanya terlalu panjang, jadilah si kitten dapet nama Kenobinya aja, dan sering kita panggil Ken. *Hi Ken!*

Umur Ken saat saya adopsi sekitar 3 bulan, bulunya lebat, badannya kecil, dan saat saya adopsi hidungnya boncel karena bulu-bulunya masih belum tumbuh. Beberapa hari setelah saya adopsi, Ken belum langsung ikut saya pulang, dia masih saya titipkan di petshop, karena saat itu saya masih repot dengan packing untuk pindahan apartment. Baru seminggu setelah itu, Ken saya bawa pulang ke apartment lama, *he has me as mommy, and my brother as uncle, and well he has daddy too* Sebenarnya, Ken baru mau saya bawa pulang setelah pindahan apartment baru beres, biar nggak stress. Biar adaptasinya nggak dua kali. Kan kasian T_T
 
 

 


 



Tried to used his force :b
Dan benar sajaaa, setelah ikut pindahan ke apartment baru dia stress, imbasnya jamuran :( udah hampir 3 minggu ini Ken kena jamur. Kata dokter dia baru mau mulai membaik. Di minggu pertama, bulunya rontok apalagi di bagian kaki dan leher. Saya pikir itu hal biasa karna Ken masih di usia bocah yang mungkin aja untuk reproduksi bulu. Setelah dari dokter pertama kali, Ken dapet obat minum, sabun khusus jamuran dan tetes telinga. Alhamdulillah setelah 2 minggu dari dokter, Ken sudah terlihat sehat, bulunya mulai panjang dan lebat lagi, tapi sedihnya dia mulai tumbuh tanpa dirawat tanganku sendiri. Ken hanya ketemu saya pagi hari sebelum ke kantor dan malam hari pulang kantor. Hari Sabtu lalu Ken datang lagi ke klinik, meskipun jamurannya belum sehat betul tapi obat minum yang diberikan dokter sudah tidak diperpanjang lagi.

Saya sempat sedih dan putus asa. Ken kecil banget waktu itu, bulunya rontok, mukanya kecil, kaki-kakinya hanya sebesar jari telunjuk, suaranya juga pelan sekali. Saya takut Ken jadi terus-terusan sakit dan membawa virus ke tempat tinggal saya. Tapi dengan telaten si bibi mengobati Ken, memandikan Ken pada waktunya. Saya selalu memantau tiap Ken minum obat. Makannya juga air minumnya.

Ken kecil tumbuh pelan-pelan, jamurnya mulai hilang, dia tidak lagi garuk-garuk. Ken juga tidak terlihat gundul lagi seperti sebelumnya. Bulu Ken mulai tumbuh, kaki-kakinya yg gundul mulai berbulu, hidung boncelnya mulai berkurang, kumisnya mulai memanjang. Ken mulai terlihat seperti benar-benar kucing.

Dan ketika dokter mulai menyatakan Ken sehat, dia mulai diperbolehkan untuk suntik vaksin. Klinik Dokter Hewan langganan si Ken adalah Groovy Clinic yang berada di daerah Radio Dalam. Ada beberapa dokter yang menjadi saksi tumbuhnya Ken kecil sampai sekarang. Mereka kaget melihat betapa Ken cepat sekali sehatnya. Meskipun dia kena jamur, nafsu makannya tetap terjaga, sehingga badannya tidak drop. Semua perawat dan mbak-mbak yang berada di klinik selalu menyapa Ken yang pemalu. Tapi meski pemalu, Ken suka berlarian di klinik, kadang repot sendiri saya ketika dia mulai sembunyi di kolong-kolong meja receptionist klinik. Ken pemalu agak minder dengan anjing. Namun suka penasaran, dia suka menengok celingak celinguk melihat anjing dan hewan-hewan lain yang datang ke klinik.
 
Tapi, Ken tidak bisa mengeong seperti kucing lain. Suara Ken lebih terdengar seperti suara memanggil "kakak", kata "mau" dan kalimat "awuwuwuwuwu". Ken suka bobo terlentang, bukan tengkurap, Ken suka duduk di pojokan seperti kakek-kakek tua menikmati hidup, Ken suka berkenalan lewat kaki-kaki manusia. Ken suka sembunyi di antara kaki kanan dan kaki kiri saya. Ken suka berlarian tapi sering kepleset atau kepentok apapun karna terlalu girang dan bulu kakinya terlalu panjang *saya belum sempat grooming Ken sampai hari ini*. Ken suka mengejar bayangan dan cahaya. Ken suka menempelkan wajahnya di kaca ketika saya berada di balkon. Ken selalu mengetuk pintu kamar saya ketika saya belum bangun. Ken selalu mengetuk pintu dan bersuara ala-ala dia ketika saya tinggal mandi. Ken suka menggigit ketika dia gemas. Tidak sakit memang, tapi ketika dia marah, gigitannya kadang sakit. Ken makan banyak, dan minumnya juga banyak. Ken tidak pernah doyan ikan dan nasi, juga makanan manusia *saya pernah mencoba menyodorkan makanan saya, tapi dia terlihat bergidik hahaha*. Ken tau ketika saya sedih ataupun bahagia. Ken suka dipeluk tapi benci kalo terlalu lama. Ken takut suara angin. Ken tidak pernah main tali. Saya tidak mau dia jadi bandel karna main tali. Ken. Ah masih banyak sekali cerita tentang Ken.

 
Ken sekarang sehat banget. Gembul, bulunya lebat, mukanya lucu, kumisnya panjang, paw nya juga bikin gemes, ekornya tebal dan besar, perutnya lebar dan dia sangat manja. Daaaaan, minggu ini, dia harus grooming. *self noted*.

Thursday, August 20, 2015

INSANE


Life is everything

Love is a thing

Romance is a part of love



I admit it that love makes me worry and afraid and dull

I admit it that love is suck things, well sometimes

But I admit it that love is a great thing


I know you're not that perfect, so am I

You're bad, I know

You're the-most-mess-man on the world, maybe

But yeah you're the happiness creator on my life


Even,

Sometimes you make me fall from the highest sky

With fool things you did, you dissapointed me, you just made me cry

Still,

You're my love-hate companion


Until people asked me

How come I went so far till this point?

"Are you insane?"

And I didn't hesitate "Yes, I am"


Fuck you.

Shut your fucking mouth up!

Bagi Penanti Kabar

Bagi mereka yang menanti kabar dari pencuri hatinya
Adalah hal menyiksa setiap hisapan nafas
Menyesakkan dada
Menekan syaraf

Bagi kita yang menanti kekasih datang
Adalah hal mendebarkan setiap detiknya
Mencabik rongga
Meluapkan rasa

Meski hanya satu kata
"Aku sudah pulang"
Rasa leganya luar biasa
Mampu menarik garis senyum di bibirnya

Meski jutaan detik dalam ketukan
Menunggu waktu dalam hitungan
Hingga akhirnya akan berjumpa
Mampu memacu rindu dari tubuhnya

Oh...
Betapa mencintai itu menyiksa
Mencinta dan dicinta itu menyiksa
Takut, khawatir dan curiga
Takut akan kehilangan
Khawatir akan ditinggalkan
Curiga akan permainan

Monday, July 27, 2015

Nekat atau Tekad?

Terima kasih atas segala kebaikan dan kerendahan hati. Terima kasih atas kasih sayang dan sentuhan yang membuatku lebih berarti. Terima kasih atas kesadaranmu ketika aku jatuh tanpa mengucap sepatah katapun.

Kau kuatkan aku dengan semampumu. Kau tabahkan aku dengan keterbatasanmu. Meski aku bersikukuh berkata aku mampu, kau tetap menerima aku yang rapuh.

Hingga kapan kita akan berjalan di tengah rimba, mencari ujung jalan yang menjadi tujuan. Hingga kapan kau yakin pada dirimu atas usahamu. Dan hingga kapan hatimu akan terus berdegup di sekelilingku.

Kosong. Itu yang kau katakan. Ya, akan akui dengan lantang pada secoret tulisan bahwa aku menatap kosong. Bahwa pundak ini sedang lelah menopang titah. Bahwa tubuh ini bisa kapan saja pasrah.

Tapi, aku tidak mau. Dan kau tau betul itu. Betapa keras kepalanya aku, melawan kegagalan dan ketidakpastian, melawan batas-batas kemampuan. Betapa nekatnya aku, menapaki jalan yang terjal, dengan kau yang hanya ada di dalam dimensi doa.

Mata. Mata ini tidak cukup kuat menipu penilaianmu. Mata ini tidak mampu menipu. Seperti kerlingan, tiap detiknya kita membuat kenangan. Kenangan yang menjadi historical. Dan berharap segalanya kekal tanpa harus ada yang tercekal.
 
Hati. Satu hal yang pasti tanpa ada basa basi. Dan bodohnya, aku tidak bisa membenci. Meski laranya berkali-kali. Titik terkecilku mengatakan, kau bisa dipercaya. Aura negatifku mencela, kau tidak pantas aku cinta.
 
Lalu, aku harus bagaimana?

Monday, June 08, 2015

Pengalaman Apply Visa US

Sejak bekerja di bidang event, saya lebih banyak mengurusi trip dan event. Dan trip terdekat ini adalah Star Summit Trip yang terdiri dari Long Trip (Las Vegas) dan Short Trip (Jepang). Awalnya, saya ditugaskan untuk mendampingi seniorku ke Jepang. Dan rekan saya, Rangga, yg berangkat ke Vegas bersama si 'Ibu'. Namun ternyata Visa USA rekanku ini ditolak, jadi mau tidak mau kami bertukar tugas, saya ke Vegas dan Rangga ke Jepang. Option terburuk apabila visa saya ditolak juga, maka saya, Rangga dan senior yang akan ke Jepang. Mengingat jumlah peserta Jepang memang lebih banyak.

Tanggal 21 Mei kemarin adalah jadwal saya untuk interview visa. Tepat pukul 06.00 saya datang ke Embassy, karna saya dapat kloter A yaitu kelompok yg interviewnya jam 7 pagi. Fyi, kalo kalian memang harus interview visa ke Embassy of USA yang terletak di Jl Medan Merdeka ini, mending naik angkutan umum, kalopun bawa kendaraan pribadi, pastikan kalian di drop, bukan repot parkir sendiri, karna di embassy ini tidak ada tempat untuk parkir kendaraan pribadi selain pekerja embassy itu sendiri. Pada hari itu saya memarkirkan mobil di Plaza Indonesia. Jam 06.00 memang terdengar sangat pagi, namun ternyata sesampainya di sana para calon pemilik visa ini sudah antri lumayan panjang. FOR NOTED, jangan lupa untuk membawa semua dokumen yg diminta oleh embassy sebelumnya via email. Pastikan dokumen yang dibawa lengkap. Seperti: akta lahir, jika tidak ada akta lahir bisa diganti dengan ijazah asli, KTP asli, KK asli, KTP asli, rekening 3 bulan sebelum keberangkatan, akta nikah jika sudah menikah, dan lainnya.

Setelah mengantri kurang lebih 40 menit, saya dan beberapa orang dari antrian boleh masuk ke ruangan penitipan. Di ruang ini, seperti biasa, kita melewati xray, begitu juga dengan barang-barang bawaan kita. Perlu diingat, dilarang membawa makanan ataupun minuman apapun. Kita tidak bisa menitipkan makanan di sana. Yang bisa kita titipkan hanya tas, dan alat-alat elektronik seperti laptop dan HP. Kita hanya dibolehkan membawa masuk dokumen yang dibutuhkan saja. Setelah melewati ruang penitipan, kita dipersilahkan masuk ke tahap berikutnya yaitu tahap seleksi dokumen.

Tahap seleksi dokumen ini tempatnya semi outdoor. Kita akan dibantu petugas dengan menyiapkan dokumen yang akan diperiksa nantinya dan diarahkan untuk mengambil nomor antrian. Selama kita menunggu nomor antrian kita dipanggil, kita cukup duduk manis tanpa melakukan apapun *kan HP lagi disita tjuy! Mati gaya sih.* Eh tiba-tiba ada David Naif lagi nunggu dipanggil nomor antriannya juga. Mau ajakin foto juga nggak bisa, kan HPnya disitaaaaaa :( yasudalayaaaaa..
Setelah nomor antrian dipanggil, saya maju ke loker sesuai nomor. Dokumen yang saya bawa dicek oleh petugas di loker. Dan apesnya foto saya diminta untuk diulang. Mereka meminta untuk fotonya lebih menonjolkan tulang pipi. Petugas tersebut memberi waktu hingga pukul 10.00 WIB *waktu itu masih pukul 08.30, jadi saya punya kira-kira 1.5 jam* Langsung deh saya ciao pake Uber ke daerah Sabang. Foto seadanya, jilbab dimundurin dikit dan CLICK! voilaaaa, jadilah foto 5x5 untuk apply visa US. Sampai di embassy, saya langsung masuk dengan membawa surat keterangan dari petugas bahwa saya tidak perlu antri lagi, karna harus mengulang foto saja. Namun, di ruang tahap seleksi dokumen, saya tetap harus ambil nomor antrian. Dan kalian tau? Rombongan yang tadinya masuk bersamaan dengan saya masih ada di situ dan belum juga masuk ke tahap selanjutnya. *Kebayang dong, gimana deg-degan saya saat itu. Udah antrinya lama, disuruh foto ulang, ada apa ini, jangan-jangan visa rejected?*
Beberapa menit setelah itu, nomor antrian saya dipanggil. Dengan membawa foto baru, dokumen saya diterima dan kemudian saya dipersilahkan untuk duduk kembali dengan diberi nomor antrian baru untuk ke tahap berikutnya. Nomor ini untu pergroup. Satu nomor antrian yang sama akan dipakai oleh 5-9 orang dalam satu group. Biasanya kalo mati gaya lagi nunggu kan kita bisa pegang HP kan, buka Path lah, Instagram lah, Twitter lah, Whatsappan lah, Line-an lah, dll. Ini? Baca buku deh akhirnya. *masih baca Anne Frank yang belum beres-beres juga sampe sekarang* Sampe akhirnya 30 menit setelah itu, baru saya dan beberapa orang dipanggil untuk masuk ke ruangan berikutnya.

Ruangan selanjutnya adalah ruang untuk finger scan dan interview. Pertama kita akan dibantu untuk finger scan kesepuluh jari kita. Petugas yang berada di loker finger scan adalah bule-bule yang udah fasih sekali bahasa Indonesia. Setelah tuntas di finger scan, kita akan diminta untuk bergeser tempat di antrian loker interview. Sesuai dengan nomor yang kita dapat dari Tahap Seleksi Dokumen tadi, kita akan dipanggil sesuai urutan. Giliran nomor antrian saya dipanggil, saya maju ke loker interview dan mendapat giliran pertama kali untuk interview. Fyi, yang akan menginterview pun juga bule-bule yang sudah fasih sekali dengan bahasa Indonesia. Beginilah kira-kira yang dipertanyakan hari itu:
X: Nama panjang anda?
H: Helga Anastasia Agusta
X: Kemana anda akan pergi?
H: Las Vegas
X: Dalam rangka apa anda pergi ke Las Vegas?
H: Saya sebagai pendamping atau tim organizer untuk peserta qualifier dari Bancassurance Concultant AIA Financial.
X: AIA Financial? Asuransi bukan?
H: Iya, betul asuransi.
X: Jadi anda bekerja di AIA ya?
H: Iya betul.
X: Sudah berkeluarga?
H: Belum, semoga secepatnya.
X: Hahahahaa.. belum punya anak dong ya?
H: *hening* Hehehehe... *menurut ngana ini Amerikaaaa?* Belum sih..
X: Baiklah, your visa is approved. Selamat jalan dan bersenang-senang.
H: Terima kasih.
 
Begitulah ceritanya saya mendapatkan kertas putih tanda diterimanya visa US saya. Kira-kira seperti itu untuk pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat interview. Kalopun ada orang-orang yang ditolak even dengan pertanyaan dan jawaban yang kurang lebih sama, kemungkinan mereka menggunakan sistem random choice. Karna, ada satu aplikator yang bersamaan dengan saya, dia cewe cantik, rapih dan terlihat smart sekali. Bahkan dari penampilan sama sekali tidak terlihat idabul (idaman bule), tapi ternyata visanya ditolak. Cewe ini keluar dengan kertas warna pink kemerah-merahan yang tandanya visanya ditolak.
 
Sayang, di update ini saya tidak bisa share foto-foto yang ada di dalam embassy. Termasuk pada saat saya di tengah antrian di luar gedung. Semuanya berlangsung ketat dari awal. Foto-foto selfie sudah pasti ditegur oleh petugas yang berjaga di depan. Karena pada saat antrian ada seorang ibu-ibu yang mengambil foto, langsung dapat teguran dari petugas dan langsung diminta untuk menghapus foto itu.
 
Dan bagi temen-temen yang akan membuat visa US, good luck ya! :)

Sunday, May 03, 2015

Random Thoughts

This is another random thoughts that I haven't got any answer yet.
How to make a deal between heart and mind?
How to love someone with right ways without torture yourself?
How to face the truth?
Is it wrong if you love someone that much?
Is it wrong if you expect a lot?
Is it wrong if you're in one relationship which not easy like teenagers'?
Is every love story bullshit?
Does marriage scare everyone?

Friday, January 02, 2015

Selamat pagi, Jakarta!

Selamat pagi, Jakarta.
Selamat pagi kota penuh berita. Kota yang tidak pernah memejamkan mata, kota yang menyesakkan dada. Tidak pernah sekalipun aku membencimu. Namun, tidak pula menjadi kota tercintaku. Hanya sering aku merindu dengan segala peluh terengkuh.
Berita tersebar dengan cepat di kala matahari malu-malu memamerkan kehangatan. Cerita terurai dengan tiap lembar media yang tertuliskan. Setiap warganya berlomba-lomba bangun pagi, menyapa embun subuh. Beberapa terbangun karna sapaan mentari, menyambut hari dengan perasaan yang jenuh.

Aku sempat mulai tidak menikmati hari-hari yang kau suguhkan. Meski pasti aku akan sangat merindukan. Bukan pula jenuhku menjadi alasan, tidak pula ada kebosanan, bahkan jika kau sebut aku kesepian, bagaimana bisa aku merasakan kesepian apabila aku berkarib dengan kesendirian. Namun hari ini banyak orang berkata membuka halaman setelah semalam merayakan tahun baruan.

Apalah arti tahun baru jika hari masih tetap Senin sampai Minggu. Apalah arti resolusi ketika kita bisa menatanya setiap hari. Tahun baru hanya berbeda pada satu angka selama 365 hari. Sedangkan hari ke hari akan berganti tanggal, setiap 24 jam sekali. Oh, manusia... seringkali melupakan hari kemarin dengan mudahnya, namun selalu sok mengingat segala kesalahan selama setahun sebelumnya. Bahkan dalam hitungan jam, melenyapkan kesalahan seperti mata kita terpejam.

Jakarta, apa lagi yang akan kau perlihatkan, apa lagi yang ingin kau suguhkan? Gemerlapan malam yang tidak mengenal kasihan? Aku selalu menantikan kejutan.