Monday, June 26, 2017

Selamat Lebaran (?)

Idul Fitri yang mestinya menjadi moment kembali ke fitri, untuk saling melebur benci menjadi maaf yang haru, terkadang dirusak oleh pertanyaan-pertanyaan atau sekedar celetukan yang malah menyakiti perasaan. Sedihnya, hal tersebut lebih sering datang dari lingkungan terdekat sendiri. Miris.

Bagi beberapa orang yang beruntung akan memamerkan betapa kompaknya mereka dengan menyombongkan TRAH mereka ke public lewat social media. Namun, tidak luput pula ada yang hanya sekedar being a fake person in the middle of their own family. 

Ada pula yang reuni, atau ketemu temen lama,hahahihi cerita sana sini, tapi di belakang bisa bilang ‘I hate that bitch!’ Why should be that rude to be a human?

Well, bukan dunia yang sesungguhnya kejam. Tapi manusianya, yang kadang suka kurang toleransi pake hati, tapi pake tungkak! Sorry to say, but it happened to us. Admit it.

Tidak peduli siapapun kalian, pasti merasa there’s somebody rude to you.

Kadang, kita terlalu focus dengan template kalimat ‘mohon maaf lahir batin, kita kembali ke fitri di hari kemenangan ini.’ Tanpa mengindahkan maksud kalimat tersebut. Setelah harinya lewat, ya sakit hati merebak lagi. Begitu seterusnya sampai ketemu hari Idul Fitri lagi. Malah kadang di hari yang dianggap hari suci tersebut, tetap saja akan ada yang bersikap kejam. (anyone with me?)

Bukannya menjadi pendengar yang baik atau pemberi nasihat yang tepat, kadang mereka hanya sekedar kepo, sejauh mana masalah yang kita hadapi. Kemudian di moment yang lebih kurang tepat, malah makin menjadi-jadi menyakiti perasaan dengan menanyakan dengan pertanyaan sarkas.

Setiap orang memang punya cara masing-masing untuk menyelesaikan permasalahan. Namun orang lain, well sebut saja penonton huru hara yang suka kepo tadi, hanya bisa mencaci ketika hidup kita berantakan, dan pura-pura bahagia ketika hidup kita mulai baik. Pantaskah kita mempertimbangkan makian untuk menghadapi apapun yang baik untuk kehidupan kita sendiri? Depends. But, it’s all about my opinion. Mungkin ada yang malu kalo hidupnya tidak sesuai puja-puji orang lain. Padahal, orang lain kasih apa ke kita? Nothing. Ada pula yang bisa saja cuek apapun omongan orang lain.

Jika memang ada orang-orang yang ada untuk kita dalam kondisi baik-buruk-naik-turun, bisa dari pihak kawan bahkan lawan ataupun pihak saudara sendiri, biasanya support yang diberikan ketika kita menghadapi masalah, tidak akan judgemental seperti orang lain kebanyakan. But, jangan salah, jangan berharap banyak, ada pula yang hanya bisa menghela nafas dan diam saja tapi seakan-akan mereka ikut mikir, ketika kita datang ke mereka, they’re just silent like shit.

FYI, silence is not a gold when someone needs you, but you help nothing.

Masih harus mudah percaya dengan orang lain? Rasanya pertanyaan tersebut menjadi PR kita masing-masing setelah membaca postingan ini. Apakah si A dapat dipercaya, apakah si B bisa dipegang omongannya, apakah si C mampu menjadi pendengar setia kita, dan seterusnya.

Hati-hati, orang terdekat belum tentu baik. Orang baik belum tentu dekat. Orang halus belum tentu baik. Orang pendiam bukan berarti emas. Orang keras bukan berarti tidak waras. Orang cuek bukan berarti tidak peduli. Agak sedikit egois, tapi kepada siapa lagi kita bisa percaya kecuali kepada diri sendiri untuk menghadapi dunia?



Please please please, people stop being rude. Somehow, the more I learn about people, the more I love animals. Jangan suka kejam ah. Life is riding a bicycle, kadang di atas kadang di bawah, kadang pula ‘njungkel’. Hehehehe

Selamat Idul Fitri. Semoga bertemu lagi dengan Bulan Ramadhan lagi, lagi dan lagi. Aamiin