Hujan hari ini tidak salah. Seakan menunjukkan kesedihan. Mas Agus Harimurti Yudhoyono, yg baru lusa kemarin, kabarnya mampu membuat semua membelalak dan tertegun, mundur dari dunia militer dan berkecimpung dunia politik. Shocked.
Sedih. Padahal saya nggak kenal. Tapi sedih. Saya selalu membayangkan beliau mestinya bisa menjadi Jenderal kelak, berdiri gagah dengan seragamnya, dan pangkat bintang di pundaknya, didampingi Mba Annisa Pohan dimanapun beliau berdinas.
Saya hanya 1 dari jutaan warga di Indonesia, dan adalah salah 1 darinya yg kecewa, bersedih, menyayangkan, dan entah apalagi bahasa yang bisa mengungkapkan perasaan kali ini.
Mas Agus, adalah sosok yang sangat berarti bagi semua prajuritnya. Pasti. Dan beliau adalah sosok panutan bagi dunia militer. Kini, beliau menanggalkan seragamnya. Corak camouflage yang menjadi teman setia melekat tubuhnya, dari ujung rambut hingga kakinya, sejak masa taruna hingga hari kemarin. Kini beliau mesti menyimpan seragam-seragam kebanggaannya di kotak baju, disimpan di ujung lemari. Dan akan menjadi histori bagi Aira dan keturunannya, bahwa Ayahnya pernah mengukir dunia militer menyandang gelar Mayor dengan kharisma dan kecerdasan luar biasa.
Menjadi Calon Gubernur DKI 1, dengan tiba-tiba, dengan tanpa jeda, dengan mendadak. Mas Agus, keputusanmu di luar dugaan kami khalayak umum. Dan dibalik itu, pastilah ada alasan yang, mungkin, kami khalayak umum tidak perlu tau. Tujuanmu, mungkin, lebih mulia daripada kekecewaan saya. Visi misimu, mungkin, jauh lebih baik daripada doktrin militer yang kau emban selama ini. Namun, kesedihanku belum juga terhapuskan dengan energi positif atas kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Mas Agus, kau beri alasan demi rakyat dan negara, dan kau rela tinggalkan kariermu. Kau berdalih, demi masyarakat umum dibanding ego diri sendiri. Tapi, yakinkah kau dengan langkah ini? Berapa banyak air mata yang kau habiskan tiap malam, akhir-akhir ini? Bersedih di tengah kebimbangan yang, mungkin, tak sepenuhnya kau yakini.
Mulia, begitu aku sampaikan. Jika benar itu tujuanmu. Tapi, dengan pesaingmu di festival pemilihan Cagub ini, berapa suara yakin di tanganmu? Sejauh mana kau percayakan rakyatmu untuk memilihmu? Sekuat apa kau nanti mempertahankan suara mereka?
Sembrono, begitu aku sampaikan. Bagiku ini sangat sembrono. Pernahkah kau bercita-cita meninggalkan TNI di tengah-tengah posisi karirmu yg luar biasa, untuk posisi Gubernur DKI 1? Pasti tidak. Saat kau digembleng, dipapah di dunia Taruna, pernahkah kau bercita-cita merengkuh bintang di pundak? Sudah pasti, sangat kau cita-citakan. Lihat sekarang, kau lupakan itu, mas Agus. Mungkin, jalanmu ikut Cagub DKI 1 ini akan kau teruskan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Tapi, dengan kau tinggalkan militer, bukankah sama kau meninggalkan prinsipmu? Memang benar, ada beribu-ribu cara untuk melindungi dan membela negara, tapi sudut pandangku tak setuju dengan itu.
Aku tau, suara ini tidak mengubah jalanmu. Semua sudah terjadi. Dan kau yang lebih tau dengan ini semua. Aku hanya orang awam yang bahkan tidak mengenalmu. Aku hanya salah satu yang kecewa, dan sangat bersedih dengan keputusanmu. Mas Agus, lebih matang dalam bertindak, berstrategi dan pengalaman segalanya. Kau yang tau pasti, langkah apa selanjutnya jika terpilih atau pun, tidak terpilih. Perjuanganmu untuk dirimu sendiri, dan untuk keluargamu masih panjang. Aku tau, kau tidak akan menjadi pengangguran begitu kalah saing dalam pemilihan Cagub DKI 1 ini, tapi aku menyayangkan karirmu, yang kau jaga setiap detiknya sampai hari kemarin. Tapi, sudahlah...... Toh, lingkunganmu tak jauh juga dari dunia politik, otakmu juga sudah tercetak menjadi strategy maker, leader, dan tentunya father.
Selamat berjuang, Mas Agus Harimurti Yudhoyono dan Mba Annisa Pohan. Aku mungkin tidak menyebut nama kalian di setiap doaku, namun aku semogakan, semua tidak sia-sia. And miracle happens to everyone who believes :) Selamat berjuang, kebanggaan bangsa 🇮🇩
(Wrote on Sept 24th, 2016 and posted Sept 25th, 2016. Picture taken by his IG.)