Tuesday, July 29, 2014

Cliché

Semoga segala yang dicita-citakan dapat tercapai.
Kalimat itu kerap sekali terdengar sebagai untaian doa. Betapa terlambatnya aku memahami, kalimat yang terdengar klise namun nyatanya adalah doa. Aku hanya mengamini sekedarnya, dulu. Hingga akhirnya aku sadar, kalimat itu adalah keajaiban. Sebuah energi yang disalurkan melalui doktrin yang terucap. Yang aku cita-citakan, yang aku inginkan. Hal-hal yang aku gantung setinggi langit. Memanjakan imajinasiku mengelilingi dunia. Mengantar keinginanku mencapai perwujudan dari mimpi-mimpi. 

Aku mencintaimu.
Dua dibanding sepuluh aku akan benar-benar mengucapkan itu dengan tulus. Atau setidaknya hanya untuk memberi kesenangan atau kelegaan. Tapi aku tidak pernah berbohong untuk mencintai. Kadang aku tidak peduli dengan perbandingan cinta. Aku tidak peduli apabila, semisalnya saja, ternyata dia tidak secinta aku padanya. Aku tidak peduli. Aku mencintainya dari menerjang sinar pagi hingga aku berangkulan dengan lukisan malam.

Jika jodoh, tidak akan kemana.
Di satu sisi aku percaya dengan kalimat ini, namun di sisi lain aku terusik. Jodoh, apakah selalu dipertemukan dalam sebuah kemegahan pelaminan? Atau senyatanya adalah hati terikat hingga pekat? Tapi sungguh, aku percaya pada Tuhan. Dia tidak seiseng itu, mengijinkan sehelai daun menapak bumi. Tuhan juga tidak sebercanda ini untuk membiarkan perasaan mencintai hingga titik terdalam. Tuhan tidak setega itu, membiarkan Adam dan Hawa terpisah beribu tahun dan beratus ribu mil jauhnya. Aku ingin menjadi Hawa yang dipertemukan kembali pada pemilik hatinya.

Kuatkan dirimu dan bersabarlah.
Aku berkali-kali berpikir. Apa yang orang-orang tua tangisi padaku; ayahku, nenek-nenekku, bahkan pembantuku. Tertera jelaskah kesedihanku? Atau tertuliskah bebanku? Dan dengan tepukan di sela pelukan, selalu terselip kalimat "Bersabarlah, nak! Tuhan bersamamu, hati emas." Aku terlalu sibuk mengasihani orang lain, hingga aku lupa mengasihani diriku sendiri. Aku terlalu sibuk menjaga hati orang lain, hingga aku lupa hatiku lebih terluka dari milik siapapun. Kuatkan saja dirimu sendiri, jangan pikirkan aku. Bersabarlah sendiri, jangan kasihani aku. Menjadi aku, tidak semudah yang dibayangkan siapapun. Menjadi kamu, dia, mereka pun akan sama-sama tidak akan semudah yang terlihat. Namun aku tidak menolak untuk bertukar peran, seandainya bisa.

Maaf.
Apa guna dosa jika ada maaf? Bagaimana seharusnya aku menjadi pemaaf? Berlapang hati memaafkan kesalahan. Meredam dendam dan melupakan. Maaf, aku bukan manusia yang dengan mudah memaafkan, apalagi melupakan. Bahkan jika malaikat mencatatku menjadi seorang yang pendendam, aku akan mengiyakan. Tapi aku mohon, catatlah namaku saja. Jangan siapa-siapa. Ah, lagi-lagi aku selalu memikirkan orang lain, tapi tidak dengan diriku sendiri. Aku menertawai diriku sendiri. Seperti sesungguhnya orang lain lakukan juga padaku, di belakangku, bahkan tepat di depanku. Maaf adalah klise yang terulang.

Klise adalah hal yang paling menyakitkan.

Saturday, July 26, 2014

D-Day :)

I thank God to create me.
To let me live as me.
To have everything I had.
To love the man I love.
To give me a hardest part.

Because, there's a man knows that I can't lie.
There's a man knows what I really feel.
There's a heart knows where my head runs to.
There's a couple of eyes knows why my eyes teary.
Without any word.

May we're blessed to meet again, everyday.
Aamiin.

Tuesday, July 22, 2014

Our Window



Noah and The Whale - Our Window

Well it's four in the morning, things are getting heavy
And we both know that its over, but we're both not ready
And you're talking like a stranger, so I don't know what to do
And I'm calloused and I'm cruel to everyone but you

Yeah the stars shining through our window
And the stars shining through our window
And it's been a while since I stared at the stars
Yeah it's been a while since I stared at the stars

Spring can be the cruelest of months
But bringing in your life
Yeah we're promising so much
Like the pledge that you gave when you said that you'd always love me
But we both know by autumn you're like the color of leaves

Yeah the stars shining through our window
And the stars shining through our window
And its been a while since I stared at the stars
Yeah it's been a while since I stared at the stars

Well I don't think that it's the end, but I know we can't keep going
Well I don't think that it's the end, but I know we can't keep going
Because blue skies are coming, but I know that it's hard


This song sounds cruel for me. This is so true. This is killing my mind. I'm shot to pieces.
-and you're talking like a stranger, so I don't know what to do-

Sunday, July 13, 2014

Down In The Dumps

Sunday, sometimes doesn't look good for me. This Sunday, is a day I spend all day long stuck in bed. And the worst part, there's always you there, next to me. Talking everything to cheer me up. With the fucking red pillow. And sometimes you're standing near the door, and doing your silly bellydance. Then you come out just to take a glass of water or smoke.

Oh shit!
I only imagined all deeds you did.
Am I lunatic?

Saturday, July 12, 2014

The Stonehead Lady Is Watching The Iron Lady

The Iron Lady
[★★☆]

 

Since, one of my friend knew my terrible condition lately, he asked me to watch this movie. He said, I could learn from Margaret Thatcher (MT), how to let her husband go. So, should I try to let him go? And another friend of mine said on the phone, "Look! He lives well. There's only you who live like shit, here! Only you! Look at you, bitch! Look at you! Where the hell is the apathetic who called by world everyday?! Where the heck is my bestfriend?" Then, I shouted to him, "Hey dude, mind your words! Damn you, boy! Damn you! I'm okay. I live well too. What's wrong with me? Any problem? Any mistake? I'm here, okay? I am here!". I fought with him, and I didn't really care. I know, world is now trying to get me back. I live well, actually I try so hard. I keep trying. But, I can't. You hear, dear? I CAN'T!!! ARE YOU REALLY HAPPY NOW?? WITHOUT ME?? HMM?!!


Guys. Forget it.
Lemme tell you about its review.
Pardon me.

 

Margaret Thatcher. The first PM of UK. The Iron Lady, who married Denis Thatcher. The man she really loved, and loved her back as much as she did. Dramatic. I hate love story (for now). It told how MT raised her carrier from zero to hero. It told how she couldn't live normal as a woman, after her husband died. She relied on her husband, too much. She was surrounded by Denis Tatcher, in everywhere. She imagined that her husband get dressed, watch TV, drink whiskey, read news, eat breakfast, etc with her. She was a stonehead too. She was stubborn. But she was smart, clever, attractive, and ambitious.


I really like how make up artists did their job to Meryl Streep. And Meryl Streep's brilliant appearance as Margaret Thatcher. I don't really put my eyes on politic issues on this movie. I only know that she could handle her carrier, but couldn't handle any criticism. And she was stand down as PM after her cabinet refused her to back in a second round election, at November 23rd, 1990. But, she will be remembered, a greengrocer's daughter, The Iron Lady.

Deliver Eric Bana To Satan

Deliver Us From Evil
[★★☆]



Last night I went to movie with my old friend. And we suddenly decided to watch Deliver Us From Evil. That movie started at 9.55 pm, evento I should go to office early the next morning. And yes, here I am now, at office. My friend owe me everything! I'm so sleepy zzzzzzzzzz...

Deliver Us From Evil was disappointing me. It was not scary at all. I ask you, who've ever seen it, what is the point of this movie? Hmm? Because, I didn't get anything. But, at least, there's Eric Bana. The Hulk Man! The hot guy. Hahahaa *GIRL!!*

Eric Bana as Sergeant Ralph Sarchie is a police from New York, has wife named Jane and a little girl, Christina. He is called by his partner as 'Radar'. Cause all the cases he has taken (always) brought them to dare adrenaline, they never got an ordinary case. One day, Sarchie and his partner, Butler, got a strange case, it connects to gate signs and 3 US Army soldiers who are fired cause mental disorders, after they did war at Iraq. The case they get is supernatural case, that will change Sarchie's life. He believes on God, but he is reluctant to go to church often. Until he meets Mendoza, Catholic Priest, Mendoza then helps Sarchie to finish this case. When the case finished, Sarchie turns into demonologist with Mendoza.

That was what I got last night. I don't write a lot. I'm lil bit lazy. I'm sleepy, and hungry. And I'm not fasting today. May I get my breakfast, guys? Ciao!

Thursday, July 10, 2014

Balcony

There's a place we spent nights.
Where we talked everything.
Talked about kiddos we would have in future.
A house we would build.
A journey that we've started.
Hearts that we called home.
Places we planned to visit.
Manchester, we dreamed all the time.


That is our balcony, where I sit right now.
I miss us, sitting here until sunrise.

Wednesday, July 09, 2014

Hide Josua, Hide!

Life Is Beautiful (La vita è bella)
[★★★★☆]


Life Is Beautiful adalah film tahun 1997 yang menceritakan tentang seorang Yahudi, bernama Guido yang jatuh cinta kepada Dora, wanita Italia kaya raya yang selalu terlihat sederhana.

Guido hanya memiki toko buku kecil di sudut jalan. Dan terkadang dia membantu pamannya untuk bekerja sebagai pelayan restoran di Hotel milik pamannya itu, Uncle Eliseo.

Guido adalah pribadi yang ceria. Dia selalu berusaha membuat orang-orang di sekitarnya senang. Dengan cara-caranya yang unik dan terkadang aneh. Guido dan Dora bertemu berkali-kali dalam kesempatan yang tidak pernah terduga. Hingga akhirnya, keduanya saling tertarik. Dora selalu terlihat ceria selama ada Guido di sekitarnya. Dia selalu dibuat tertawa oleh Guido. Berbeda dengan apabila Dora bersama dengan pria yang akan meminangnya. Pria kaya raya yang adalah teman kecil Dora. Namun, tidak dapat disangkal, Dora tidak bahagia.

Pada akhirnya, Dora dan Guido akhirnya menikah dan memiliki anak, bernama Josua. Set cerita adalah masa Perang Dunia ke 2, dimana Nazi mengulik Yahudi dimanapun mereka berada. Hari dimana Josua berulang taun, malah menjadi awal hari-hari suram mereka. Mereka ditangkap dan diasingkan di suatu camp. Josua selalu bertanya-tanya kemana mereka akan dibawa, Guido dengan tipikal yang selalu ceria menceritakan kebohongan demi anaknya. Dia bilang bahwa mereka akan liburan.

Selama masa pengasingan, yang Josua tau, itu hanyalah suatu permainan, dimana mereka yang memiliki poin tertinggi akan memenangkan permainan. Dan pemenangnya akan mendapat sebuah tank baru yang asli, bukan sekedar mainan. Bagi Josua yang masih kecil, dan sangat menyukai tank, mudah baginya untuk percaya. Apapun akan dilakukan Guido untuk membuat Josua senang, termasuk harus membohongi anaknya.

Hingga akhirnya, perang usai, Jerman kalah. Dan harus angkat kaki. Semua tahanan Yahudi dikumpulkan dan mulai dibuang entah kemana. Ada yg dibunuh di tempat, dibakar, ditembak, dan untungnya ada pula yang selamat. Guido ingin mencari istrinya, Dora. Dan selama dia mencari Dora, dia menyuruh Josua untuk bersembunyi di suatu tempat semacam lemari besi kecil. Namun usaha Guido diketahui Nazi. Dia ditangkap, dan dibunuh. Josua masih belum tau apa yang terjadi, Josua tidak tau jika ayahnya juga sudah tewas. Dia masih saja bersembunyi di persembunyiannya hingga pagi. Ketika esoknya dia keluar dari lemari besi, ada tank datang. Dia berteriak kegirangan karna dipikirnya dia menang seperti yang dikatakan Guido selama ini. Josua selamat dan akhirnya bertemu Dora, ibunya, ketika selama perjalanan.


Film ini cukup membosankan pada awalnya. Tapi ketika konflik Yahudi-Nazi mulai muncul barulah ceritanya mulai hidup. Dan akhirnya cerita ini malah berubah menjadi film yang mengharukan. Bukan dilihat dari Nazi ataupun Yahudinya. Tapi kasih sayang seorang ayah kepada anaknya, dimana si ayah ingin melihat anaknya selalu bahagia dan melihat bahwa kehidupan ini indah. Lucky boy!

Salam Demokrasi!



Ini bukan surat terbuka atau post anonim yang sekarang sedang heboh saling berlomba muncul di permukaan untuk kampanye. Aku sekedar menulis sebagaimana biasanya aku mengepost di blog.

Aku juga bukan akan menjatuhkan siapapun yang maju capres kali ini. Post ini hanya akan menjadi tulisan yang melengkapi huru-hara cerita pemilihan presiden. Bukan pula post yang mengarah pada politik, karna termasuk warga yang rajin mengamati politik pun aku tidak. Ini hanya akan menjadi tulisan yang disampaikan oleh seorang pegawai swasta baru, yang makan dengan gaji rendah dan akan mudah dilupakan. Yang menginginkan negerinya semakmur Luxembourg, seaman Selandia Baru, senyaman dan serukun Swiss.

Capres 1, adalah mantan militan yang sudah terdidik dengan baik untuk menjadi seorang leader. Tertempa untuk memiliki mental sekuat baja. Terlatih untuk mampu membela diri dari mara bahaya. Terbiasa berbicara di depan anggota bahkan masyarakat banyak. Terasah otaknya untuk berintelijensi tinggi. Itu semua di luar dari perdebatan sejarah tentangnya, atau siapa orang di belakang si cawapresnya.

Capres 2, adalah seorang pengusaha. Yang membawa salam kedamaian seantero nusantara. Yang mungkin bisa dikatakan kalah kharisma atau aura seperti pejabat-pejabat semestinya. Adalah mantan walikota kesayangan dari kota asalku, Solo. Kemudian kami harus berbagi dengan warga Jakarta dan rela dia menjabat serta mengemban tugas Gubernur DKI. Ini pun di luar dari yang diribut-ributkan semua orang, tentang siapa saja orang dan negara yang di belakangnya, atau tugas yang belum rampung namun ditinggalkan. Terima saja kritik, mungkin ada hal baik.

Ini tentang masing-masing calon presiden. Wajar saja keduanya memiliki kekurangan. Toh mereka bukan Nabi. Namun bukan berarti pendukung dan timsesnya dapat semena-mena saling menjatuhkan dengan cara-cara bodoh dan kampungan. Saling menyapa dan tersenyum ketika berjumpa, tapi dengan teganya saling menusuk dari belakang. Berbelati dengan lidah. Mengadu doktrin dengan fiksi.

Hari ini, 9 Juli 2014. Kita diberikan hak untuk memilih, menyalurkan pilihan kita ke dalam kotak TPS. Hanya ada pilihan satu dan dua, namun cukup pelik untuk sekedar menusukkan paku ke kertas pilihan. Pertimbangan masing-masing individu tentang capres-capres ini beserta pasangannya pasti berbeda-beda. Termasuk aku yang dihantui pertanyaan, siapa yang harus aku pilih? Tapi sayang, ternyata suaraku hari ini harus masuk golput, karena pengurusan pemilu di hari H bagi warga perantau tidak semudah teorinya, cukup alot dan akhirnya, gagal. 

Lalu, siapa yang akan aku pilih apabila kesempatan itu ada? Jujur bahkan H-1 aku belum tau harus memilih siapa di antara mereka. Karena, pada kenyataannya bukan para calon ini lah yang menjadi masalah, tapi apakah benar ada orang-orang yang berdiri sebagai pemain bidak catur di belakangnya? Bagaimana nasib negara ini setelahnya? Bagaimana nasib semua warga juga setelah pemilu capres? Gaji naik kah? Lebih baik kah perekonomian? Lebih sejahtera kah? Lebih aman kah? Blablablabla.. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul namun jawabannya pun kita belum tau. Hingga waktu aku menulis ini pun, siapa siapa dan siapa adalah pertanyaan besar. Labil? Memang. Bagi pendukung fanatik, tentunya jadi hal mudah untuk memilih. Tapi bagi orang seperti aku? Politik saja aku tidak paham betul.

Tidak munafik, Indonesia satu dan salam dua jari akan terngiang-ngiang mulai sekarang. Apa baiknya saling menjatuhkan, toh salah satu pasangan pun akan terpilih. Kalo capres yang kita dukung kalah pun, apa lanjut kita akan keluar Indonesia? Mengemban tugas menjadi Presiden bukan hal mudah. Mengapa kita harus menggunjing mencari titik negatif? Be smart. We live in democratic not liberal. We think, we decide, we choose.

So let's see, who's the winner!



Selamat menjalankan tugas, Bapak Presiden RI terbaru.
Ditunggu untuk aksi dan bukti, oleh kami WNI dimanapun kami menginjakkan kaki. :D

Saturday, July 05, 2014

The Day After Fourth Day

Hey dear,

Thank you for remember yesterday was our fourth day. Thank you that you were there. Thank you for talking to me. It means a lot. Sorry that I didn't reply the last post, but here I will write to you, to reply and tell you everything.

I was crying. When you liked my post, when you sent me back a capture, when you wrote a long story, when we talked each other. I imagined we talk face to face. I imagined you were in front of me. I imagined we talk while I'm sniffing your hair. I can't believe that we're just be separated for about 2 weeks. But I feel longer than that.

I'm crying, now. While I write this first post on July. I'm tottally broken, miserable, almost give up to face the reality, and through this shit life. I lost you physically, and it hurts me, you feel me, don't you?

But, I've promised you, I should live better. I should be happy, I should show the world how worth I am to living on earth. So I tried, yes I try, and for sure I will try.

Oh love, I miss you, like crazy.
It's harder than LDR. It's harder than anything. I'm afraid, I'm afraid you will forget me, you will leave me behind. And you will no longer waiting for us anymore. Can we just back to in time, when we met first time, at college? When everything started from just friend, when we were young and hadn't a hardest story like ours.

I lost my hope. I'm a dead man walking. I live just live. I eat just eat. I sleep just sleep. I cry too much. Even I was in crowded, in office, and blablabla. I'm weak. I'm a loser. I'm pathetic.

Why God put us on this part? Why? Why He let we're falling in love till our heart almost blow up? Why? Why He gave us a grand love, an incredible journey, and an irreplaceable history? Why? I still ask Him, everytime. I'm digging my heart and brain and ask my self, why? Do I regret? No. I never regret to love you this much. I've never been loved as hard as we do.

My dear Anakin, would you tell me better story next time? Would you promise me, to keep our book has space? It will be written till we old and die, with everything we through, see, hear and feel.


Love,
Your the one and only Padmé.