Sunday, August 27, 2017

Kisah Abu



Pernah denger tentang kisah tragis belum? Sering ya? Kisah tragis tentang percintaan? Banyak juga kan, dan yang paling terkenal ada kisah Romeo and Juliet. Tapi, bukan kok, ini bukan kisah tragis yang ujungnya kematian. Justru pemain utamanya masih hidup,namun dengan memeluk penyesalan sampai kelak.


Tidak bisa dilarang untuk menyesali hal yang tidak kita pilih dalam hidup, terutama untuk hal-hal yang dampaknya besar. Kenapa? Karena, kita tidak akan pernah tau selama tidak mencoba, dan kita belum tentu mendapatkan kesempatan untuk mencoba di kemudian hari. Kemudian, ketika di ujung titik sudah tidak ada waktu, hal apa lagi yang bisa diungkapkan selain penyesalan?


Masih ingat kisah DWP 2015 yang pernah saya tulis? Post ini kelanjutan dari kisah malam itu. Hasil dari segala pertanyaan, kepasrahan, hingga pinta dan doa yang pernah terucap dalam batin selama ini. Masih dengan nama yang sama, Riva.


Dengan latar belakang cerita yang pernah saya tulis saat itu, hasil akhirnya yaitu saya hanya mendapatkan sebuah undangan pernikahan dengan kekasihnya. Kalah? Saya bukan kalah, karena sebulan sebelumnya saya lebih dulu mengadakan akad nikah. Tapi saya merasa kalah, dengan tangan kosong tanpa perjuangan apa-apa selama ini dan hanya bisa menerima yang terjadi, terjadilah.


Riva. Yang jelas tidak bisa dipanggil mantan, apalagi sekedar teman. Layak mendapatkan sepetak area di hati. Dengan segala lika-liku saya sendiri yang mengidap penyakit gengsi, ketidakberanian seorang Aries untuk membuka jalan baru, dan semua air mata yang sempat diadu dalam rasa sesal yang paling menyesakkan di kurang lebih 30 menit percakapan via telfon. Gengsi yang justru menenggelamkan saya dalam ikatan pikiran yang pekat tanpa berani mengungkapkan. Seorang Aries yang seperti kebanyakan tidak mau repot dan melulu di zona nyaman. Air mata yang entah mengalir dari mana asalnya. Ada satu malam, yang rasanya tidak ingin saya biarkan pergi, dengan rasa sedih, penyesalan, dan rindu yang menyatu dengan terbukanya sebuah fakta kala itu.


Meski, saya tidak menjamin, 10 tahun dari sekarang, apakah saya masih merasakan kesedihan yang sama kentalnya seperti saat ini atau tidak. Namun, bab ini butuh spidol warna abu yang khas dengan sedikit gliter yang menandai bahwa kisah abu ini lebih terang dibanding warna pelangi. Hingga, suatu hari ketika saya mulai lupa, dan ingin bernostalgia, saya dapat membuka bab ini dengan menghirup aroma kenangan yang kental.


Di acara pernikahannya, saya datang dengan orang tua. Dengan kebaya organza warna abu dan batik juga selendang sutra warna biru. Sengaja, tiba-tiba sangat berfilsafat untuk acara tersebut. Warna abu untuk Kisah Abu ini, biru untuk ungkapan perasaan. People always saying “I’m feeling so blue” when they are sad. Tidak lama berada di sana, karena satupun saya tidak kenal tamu undangannya. Saya juga tidak kenal teman-teman Riva yang datang. Bahkan tau pun tidak. Ternyata benar ya, hati memilih kisah tanpa kita tidak pernah tau kapan, dimana dan dengan siapanya. Siapa yang menyangka jika hati ini menyisakan sepetak kisah istimewa yang tidak memiliki mutual friend sama sekali.


Tidak ada kalimat ucapan, juga doa-doa yang saya jabarkan secara tertulis di pesan singkat atau telfon atau bahkan di pelaminan. Karena saya tidak setangguh itu menyampaikan langsung hal yang justru bertolak belakang dengan suasana hati.


Namun, terima kasih atas mata yang berbicara semalam, pelukan yang tersirat banyak makna, degup jantung yang tak beraturan, tangan dingin yang tiba-tiba, senyum tertahan menahan rasa perasaan. Terima kasih sudah berbagi kebahagiaan. Aku turut berbahagia. Doa terbaik di dalam hati, untukmu aku sematkan untuk keluarga kecil yang kau bangun mulai kini.


Rasanya seperti takdir memainkan nasib seseorang. Seperti halnya yang dikeluhkan kebanyakan orang. Saya pun begitu. Teori-teori yang sekedar menenangkan, sesungguhnya hanya teori belaka. Tetap hati tidak bisa ditipu dengan kalimat berlogika. Bagi orang lain, mungkin ini hanya menjadi cerita sampah, recehan yang tidak perlu dielu-elukan. Namun bagi saya, dari Kisah Abu, saya belajar banyak hal dari seseorang yang tidak pernah saya miliki.


Sesal memang tidak berguna, tapi juga tidak bisa dilarang. Dari semua ini saya tau, bahwa gengsi tidak bisa dibawa untuk perkara hati dan nyali bisa kalah dengan hati. Gengsi saya terlalu besar, meski tidak sebesar nyali saya, namun keduanya dikalahkan oleh hati yang lebih besar lagi ukurannya.


***


Kisah Abu, mendorong saya menjadi orang paling sabar memendam perasaan. Mengajarkan saya untuk berbesar hati, memeluk wanita lain dengan rasa sayang dan kemudian menitipkan perasaan dalam diam. Menghajar saya sampai babak belur bahwa ilmu ikhlas dibuktikan bukan dengan sekedar ucapan, tapi kenyataan perbuatan. Menghantam saya untuk tetap menjalani fakta dengan menggengam bab yang unik ini. Mengejar saya untuk tetap tangguh berlari bukan untuk menghindari tapi berani menghadapi.


Kisah Abu, bukan sekedar kisah percintaan remaja yang dipersulit dengan hal posesif, mama papa suka atau tidak, bingung makan dimana, kencan pakai baju apa, mau ngepost foto yang mana, marathon film di bioskop, bercumbu di sofa rumah, bermesraan sepanjang kemacetan, surprise perayaan anniversary, tiup lilin ulang tahun, kecemburuan dengan hobi, bergandengan tangan hingga berkeringat, datang berdampingan ke sebuah kawinan, dan masih banyak lagi. Bukan, bukan satu pun itu. Kisah Abu, adalah kisah pelik yang dimiliki dan dipeluk erat kenangannya, meski sedikit tapi rumit. Dalam tapi tidak mencekam.

Kisah Abu, terima kasih saja tidak akan cukup. Namun yang saya miliki sekarang hanyalah itu. Hakku untuk mengungkapkan dengan lantang sudah dikoyak oleh kenyataan. Tapi, ada janji yang pasti saya tepati. Supaya Riva tau, janji bukan sekedar hutang, namun pembuktian harga diri. Harga diri yang dibangun dari hati.

Kisah Abu, kuucapkan terima kasih dengan pelukan tanpa dimensi. Kau tak hanya mengajarkan aku sebuah makna, namun sebuah kisah kenangan yang bermakna. Terima kasih, untuk hatimu yang terbuka meski sedikit, sempit dan terlambat.  Rasa sayang ini terbungkus rindu yang aman dari arus. Rasa sayang ini memeluk erat petaknya di hati, dengan takhta yang berbeda. Rasa sayang ini ada dan nyata. Rasa sayang ini, untuk kisah terfavorit hadiah dari Tuhan. Rasa sayang ini adalah Kisah Abu.


Kisah Abu, terima kasih.




Thursday, August 03, 2017

AGUSTUS

Apa yang pertama kali kita salahkan ketika jalan yang kita hadapi tidak sejalan dengan hati kita?
Siapa yang pertama kali kita tuduh menjadi biang perusak logika dari segalanya?
Mungkin, terasa tidak menyenangkan, terasa menyesakkan.
Bukan, bukan 'mungkin' tapi benar begitu adanya.
Ya, tidak menyenangkan, terasa menyesakkan.


Terkadang, kita kehilangan seseorang yang lebih berharga dari siapapun, dan harus benar-benar melepaskan.
Terkadang, kita harus kehilangan sekaligus melepaskan orang yang sekalipun tidak pernah kita miliki.
Terkadang, kita justru memiliki seseorang yang asing dengan perasaan kita sendiri.
Terkadang, kita justru melepaskan orang yang sesungguhnya baik untuk kita.
Terkadang, kita memutuskan dan memilih hal yang salah dan penyesalan muncul di kemudian hari.
Terkadang, kita seberuntung itu mendapatkan apa saja yang kita mau.


Selamat datang bulan lahir.
Bulan tersayang yang kini mulai kubenci.
Dimana kehilangan lebih terasa perih.
Kehilangan seorang dokter terbaikku yang kemudian tanpa jejak dia pergi.
Kehilangan seseorang yang bahkan tidak pernah aku miliki.
Kehilangan waktu usiaku untuk berpijak di bumi.