Tuesday, February 28, 2017

NAIF

 
Agak naif ya ketika saya membicarakan hubungan jika saya sendiri saja belum mapan. Tapi, dari hubungan-hubungan yang sudah saya alami sebelumnya, sesungguhnya ada yang meninggalkan bekas terdalam. Dan dia yang hubungannya dengan saya kala itu sesungguhnya paling berhasil, dan penyebab keretakannya bukan dari kami berdua sama sekali. But everything must go on. So I moved. Tapi bukan berarti kami putus komunikasi sama sekali. Bukan berarti kami saling benci setelahnya. He's a kinda perfection figure of partner of life.


Saya mudah sekali ilang feeling dengan orang lain, apalagi jika orang lain itu pembawaannya kurang bisa beradaptasi dengan lingkungan saya. Atau ternyata luput dari yang terlihat. Atau ternyata sikap dan habitnya tidak sesuai. Atau cara berpikirnya yang terkotak. Atau apalah apalah apalah. Lebih ke pribadinya, bukan ke harta, jabatan, hobi, lagu kesukaan, dan lain-lain. Bukan. Saya tekankan lagi, tapi karna lebih ke pribadinya.


Salah satu cara menilai kepribadian seseorang dalam hubungan yang berhasil adalah dari komunikasi yang baik, in my opinion. Siapa orangnya yang tidak senang dengan hubungan yang memiliki komunikasi dua arah yang baik? Pasti tidak ada. Siapa pria yang tidak mau dihormati pasangannya? Tidak mungkin tidak ada. Siapa wanita yang tidak mau dihargai oleh pasangannya? Pasti semua mau.


Pria tidak bisa menuntut pasangannya untuk menjadi bidadari atau malaikat jika dia tidak menghargai posisi wanitanya sebagai pasangannya. Terlebih lagi, jika sudah menjadi suami istri. Dan wanita tidak bisa menuntut untuk mendapatkan apa-apa selama dia tidak menghormati pasangannya. Bukankah ini timbal balik? Karena hubungan adalah dimana saling membutuhkan satu sama lain. Bukan searah saja.


Bukan ego "aku sudah berusaha yang terbaik. kamu masih gini aja!". Saya paling benci manusia seperti ini. Usaha apa yang sudah dilakukan sampai berani jumawa bilang seperti itu? Usaha, tidak mengenal putus asa dan krisis penerimaan diri. Bukannya akan lebih baik, jika lebih berusaha lagi ketika kita salah dan orang lain dapat menilai sendiri atas usaha yang kita buat? Itu justru lebih mulia rasanya dibanding ngotot "Gw udah usaha!" :))) no offense ya bagi pembaca yang tersinggung.


Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki kan selama masih diberi umur panjang?