Aku tau betapa besarnya kekuatan Tuhan dalam mengendalikan apapun. Mengendalikan segala pergerakan dan perubahan jagad raya. Dan aku masih percaya dengan kuasaNya dalam mengatur ini semua. Aku masih selalu memohon dan berusaha menjaga apa yg semestinya aku jaga. Aku masih selalu yakin dengan pertolonganNya. Meskipun 24/7 sudah tidak sama lagi seperti sebelumnya.
Tuhan memperingatkan aku dengan cara yg pernah aku khawatirkan. Entah kenapa, itu malah benar-benar terjadi. Dan mengubah banyak hal dari diriku. Aku tidak lagi suka menimpali canda-canda bodoh dari siapapun, bahkan tertawa pun tidak. Hanya senyum simpul kecil dan sedikit tawa palsu.
Aku menjadi lebih pemurung dari biasanya. Aku memang lebih senang sendiri, tapi ini lebih dari itu. Melakukan apapun sendiri adalah waktu dimana aku bisa berbicara dengan diriku sendiri. Diam, namun berpikir dan berbicara dalam hati. Dan hingga waktu aku menulis dalam post ini, masih ada rasa sesak di dada yang tidak bisa aku ungkapkan. Rasa yang aku lewati setiap hari selama hampir sebulan ini. Aku membencinya.
Hanya satu orang yang aku bisa bercerita tentang hal ini tanpa harus menahan air mata. Kadang, hampir aku tidak harus cerita apapun, dia mengerti aku kenapa. Hingga akhirnya aku akan lelah menangis, dia akan selalu berkata "Please, don't make it harder. Trough this journey as long as we can." Dan setiap aku mendengar dia berkata itu, aku yakin Tuhan pasti memberi kemudahan nantinya. Sungguh, jika aku bisa, aku ingin memeluknya sekarang juga. Aku menyayanginya.
Aku bukan membuat ini menjadi lebih sulit, namun rasa sesak itu benar-benar memenuhi tubuhku hingga ke batas kerongkongan. Sesaknya menyakitkan. Bahkan aku mengambil nafas panjang pun tidak mampu melegakan. Setiap bangun tidur, atau terbangun di tengah malam, aku berharap tidak ada kejadian menyedihkan sama sekali, aku berharap ini adalah mimpi. Namun ternyata tidak. Ini nyata, dan harus aku lewati. Setiap hujan lebat disertai kilat, aku berharap kilat itu menyambar segala kejadian itu bersamanya, hingga aku tidak perlu tersiksa seperti ini.
Seringkali, aku ingin marah namun tidak tau kepada siapa aku harus marah. Aku marah dengan diriku sendiri, dengan Tuhan, dengan keadaan, dengan entahlah. Marah dengan cara apapun juga tidak akan mengubah segalanya. Marahku ini adalah bentuk kekecewaan. Kenapa aku harus mengalami cobaan sesesak ini? Semoga Tuhan selalu menguatkan hati lemah siapapun. Semoga Tuhan berpihak padaku kali ini, melapangkan hati dan meluaskan pikiran yang sempit, mengabulkan doa-doa dan permohonanku, menjaga hati yang harus terjaga, dan memberikan kekuatan bagi keyakinan yang lemah. Aamiin.
Notes:
Entah mengapa aku menulis bagian ini di blog. Aku tidak pernah ingin orang tau tentang kejadian pribadiku hari ini, kemaren, besok atau lusa. Namun, ternyata menulis seperti ini menjadi alternatif berbicara dengan diriku sendiri selain diam. Meskipun, aku tetap tidak akan bercerita secara rinci apa dan kenapa. Namun setidaknya, aku bisa meringankan sedikit rasa sesak.
Aku menjadi lebih pemurung dari biasanya. Aku memang lebih senang sendiri, tapi ini lebih dari itu. Melakukan apapun sendiri adalah waktu dimana aku bisa berbicara dengan diriku sendiri. Diam, namun berpikir dan berbicara dalam hati. Dan hingga waktu aku menulis dalam post ini, masih ada rasa sesak di dada yang tidak bisa aku ungkapkan. Rasa yang aku lewati setiap hari selama hampir sebulan ini. Aku membencinya.
Hanya satu orang yang aku bisa bercerita tentang hal ini tanpa harus menahan air mata. Kadang, hampir aku tidak harus cerita apapun, dia mengerti aku kenapa. Hingga akhirnya aku akan lelah menangis, dia akan selalu berkata "Please, don't make it harder. Trough this journey as long as we can." Dan setiap aku mendengar dia berkata itu, aku yakin Tuhan pasti memberi kemudahan nantinya. Sungguh, jika aku bisa, aku ingin memeluknya sekarang juga. Aku menyayanginya.
Aku bukan membuat ini menjadi lebih sulit, namun rasa sesak itu benar-benar memenuhi tubuhku hingga ke batas kerongkongan. Sesaknya menyakitkan. Bahkan aku mengambil nafas panjang pun tidak mampu melegakan. Setiap bangun tidur, atau terbangun di tengah malam, aku berharap tidak ada kejadian menyedihkan sama sekali, aku berharap ini adalah mimpi. Namun ternyata tidak. Ini nyata, dan harus aku lewati. Setiap hujan lebat disertai kilat, aku berharap kilat itu menyambar segala kejadian itu bersamanya, hingga aku tidak perlu tersiksa seperti ini.
Seringkali, aku ingin marah namun tidak tau kepada siapa aku harus marah. Aku marah dengan diriku sendiri, dengan Tuhan, dengan keadaan, dengan entahlah. Marah dengan cara apapun juga tidak akan mengubah segalanya. Marahku ini adalah bentuk kekecewaan. Kenapa aku harus mengalami cobaan sesesak ini? Semoga Tuhan selalu menguatkan hati lemah siapapun. Semoga Tuhan berpihak padaku kali ini, melapangkan hati dan meluaskan pikiran yang sempit, mengabulkan doa-doa dan permohonanku, menjaga hati yang harus terjaga, dan memberikan kekuatan bagi keyakinan yang lemah. Aamiin.
Notes:
Entah mengapa aku menulis bagian ini di blog. Aku tidak pernah ingin orang tau tentang kejadian pribadiku hari ini, kemaren, besok atau lusa. Namun, ternyata menulis seperti ini menjadi alternatif berbicara dengan diriku sendiri selain diam. Meskipun, aku tetap tidak akan bercerita secara rinci apa dan kenapa. Namun setidaknya, aku bisa meringankan sedikit rasa sesak.